KOTAMOJOKERTO-Merdekanews.id-Jangan anggap kesalahan kecil dalam menunaikan amanah tidak akan menimbulkan bahaya yang fatal. Bukankah terjadinya kecelakaan mobil ditabrak kereta, disebabkan hanya karena sopirnya lengah atau sang penjaga pintu rel kereta tidak menutupnya? Bahaya yang lebih fatal lagi jika amanah dakwah tidak dilaksanakan, maka yang terjadi adalah merebaknya kemaksiatan, matinya hati, rusaknya moral dan tatanan sosial. Juga kepemimpinan yang dipegang oleh orang yang tidak amanah, maka akan banyak menimbulkan kerugian dan kemunduran bagi organisasi atau institusinya.
Lalu apakah itu amanah?Amanah artinya dapat dipercaya(terpercaya). Amanah juga berarti pesan yang dititipkan untuk disampaikan kepada orang yang berhak. Amanah yang wajib ditunaikan oleh setiap orang adalah hak-hak Allah Swt., seperti shalat, zakat, puasa, berbuat baik kepada sesama, dan yang lainnya.
Amanah sangat dekat dengan tanggungjawab. Orang yang menjaga amanah biasanya disebut orang yang bertanggung jawab.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menjaga amanah itu penting. Untuk melatih diri agar bisa menjaga amanah tidaklahsulit. Mulailah dari menjaga amanah yang kecil-kecil, seperti ketika kita dititipi salam atau pesan untuk disampaikan kepada seseorang (misal, orang tua kita), sebagai siswa belajar dan sekolah dengan sungguh-sungguh. Itu juga bagian dari menjaga amanah. Melaksanakan ibadah shalat, menunaikan zakat juga bagian dari menjaga amanah dari Allah Swt.
Siapa tahu kelak di antara kita ada yang mendapat amanah untuk menjadi seorang pemimpin. Jika kita berlatih mulai dari sekarang, pada saat menjadi pemimpin tentu tidak sulit untuk menjaga amanah.
Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang dipimpinnya...” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Amanah yang paling tinggi adalah amanah untuk berbuat adil dalam menetapkan hukum pada kepemimpinan umat. Pahala yang paling tinggi adalah pahala dalam melaksanakan keadilan sebagai pemimpin umat. Dan sebaliknya yang paling tinggi bahayanya adalah bahaya melakukan kedhaliman pada saat memimpin umat. Kedhaliman pemimpin akan menimbulkan kehancuran dan kerusakan sebuah bangsa-negara.
Dan dari Jabir r.a.berkata, tatkala Nabi Sawberada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata: “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah Saw terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata: Rasulullah Saw mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya. Berkata sebagian yang lain: Rasul Saw tidak mendengar”. Setelah Rasulullah Sawmenyelesaikan perkataannya, beliau bertanya: ”Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu: ”Saya wahai Rasulullah saw.” Rasul Sawberkata: ”Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat”. Bertanya: ”Bagaimana menyia-nyiakannya?”. Rasul Sawmenjawab: ”Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat”(HR Bukhari)
seorang pemimpin yang tidak memenuhi syarat keahlian. Para ulama sepakat kalau syarat pemimpin adalah Islam, baligh dan berakal, mampu (kafaah), merdeka dan sehat indra dan anggota badannya. Pemimpin yang tidak memiliki syarat keahlian pasti tidak amanah. Jika orang bodoh, tidak berakal, tidak sehat menjadi pemimpin pasti tidak amanah, karena dia tidak mengerti apa yang seharusnya dikatakan dan diperbuat. Dan pasti dia akan diperalat oleh orang dekatnya atau kelompoknya. Dia tidak mampu melakukan tugas-tugas yang berat dan lebih banyak berbuat untuk diri, keluarga dan kelompoknya.
mementingkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Pemimpin yang amanah akan melaksanakan segala kepemimpinannya untuk semua rakyat atau bawahannya, bukan untuk diri sendiri, keluarga dan kelompoknya. Menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya atau bawahannya. Mengembangkan potensi sumber daya yang ada untuk kepentingan rakyat atau bawahannya.
dhalim-Pemimpin yang tidak amanah bersifat dhalim, karena dia melaksanakan kepemimpinan itu bukan untuk melaksanakan amanah, tetapi untuk berkuasa dan menguasai segala kekayaannya sehingga dia akan berbuat dhalim kepada rakyat atau bawahannya. Yang dipikirkan adalah kekuasaannya dan fasilitas dari kekuasaan itu, tidak peduli rakyat/bawahan menderita dan sengsara.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya akan datang di tengah-tengah kalian para pemimpin sesudahku, mereka menasihati orang di forum-forum dengan penuh hikmah, tetapi jika mereka turun dari mimbar mereka berlaku culas, hati mereka lebih busuk daripada bangkai. Barang siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu kesewenang-wenangan mereka, maka aku bukan lagi golongan mereka dan mereka bukan golonganku dan tidak akan dapat masuk telagaku. Barang siapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu kesewenang-wenangan mereka maka ia adalah termasuk golonganku dan aku termasuk golongan mereka, dan mereka akan datang ke telagaku.”(HR. At-Thabrani)
menyesatkan umat. Pemimpin yang tidak amanah akan melakukan apa saja untuk menyesatkan umat. Dia akanmembeli media masa untuk menayangkan adegan yang menyesatkan, rusak dan kotor seperti “lebih baik menonton K-Pop. Pemimpin yang seperti ini adalah pemimpin yang berbahaya, bahkan lebih berbahaya dari Dajjaal –laknatullah-. Rasul SAW bersabda:
“Selain Dajjaal ada yang lebih aku takuti atas umatku yaitu para pemimpin yang sesat”(HR Ahmad).
kehancuran dan kerusakan seluruh tatanan sosial masyarakat. Pemimpin yang tidak amanah akan mengakibatkan kiamat. Kiamat berarti dominannya seluruh bentuk kemaksiatan, seperti kemusyrikan, sihir dan perdukunan, zina dan pornografi, minuman keras,pencurian,korupsi, pembunuhan,kekerasan, dll.
Karena akibat yang dialami dari sifat tidak amanah ini tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain bahkan masyarakat luas, maka hendaknya setiap kita harus senantiasa berusaha menjaga setiap amanah yang diberikan kepada kita, sekecil apapun itu.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (QS Al-Anfaal : 27) Wallahu a'lam bisshawwab. yn.
0 Comments