Jember,kabarejember.com
Berdasarkan data terakhir, pada Kamis malam kemarin, tercatat ada penambahan kasus positif Covid-19 di Jember mencapai 75 orang. Adapun pasien sembuh pada hari Kamis mencapai 68 orang. Dengan demikian, total di Jember terdapat 2.216 kasus positif, dengan 1.642 orang atau 74,1 persen diantaranya sudah dinyatakan sembuh. Adapun yang masih menjalani perawatan mencapai 481 orang atau 21,71 persen. Sejauh ini, sudah 93 orang di Jember atau 4,2 persen dari total kasus Covid-19, meninggal dunia.
Melonjaknya tambahan pasien positif Covid-19 di Jember selama 2 pekan terakhir, menjadi sorotan berbagai pihak. Dengan penambahan itu menempatkan Jember sebagai kabupaten/kota dengan tambahan kasus positif tertinggi di Jawa Timur. Adapun peringkat kedua diduduki oleh Surabaya yang memiliki tambahan 29 orang terkonfirmasi Covid-19. Peringkat ketiga diduduki oleh Banyuwangi yang menyumbang tambahan kasus positif sebanyak 25 orang.
Di sisi lain, Jember juga menjadi daerah dengan angka kesembuhan tertinggi di Jawa Timur pada Kamis (26/11/2020) yakni mencapai 68 orang. Pada hari yang sama, Surabaya berada di peringkat kedua dengan angka kesembuhan mencapai 31 orang. Disusul kemudian Kabupaten Blitar dengan 15 orang sembuh.
Atas hal tersebut, Plt Bupati Jember, Abdul Muqit Arief kembali menghimbau warganya untuk semakin disiplin menjalankan protokol kesehatan. Sejak pemerintah pusat menggulirkan adaptasi kenormalan baru, disinyalir masyarakat mulai kendor untuk menjalankan protokol kesehatan.
“Jangan kita menganggap adaptasi kenormalan baru berarti hidup seperti sebelum ada covid, bukan seperti itu. Tetapi kita harus tetap berusaha beraktivitas seperti biasa dengan tetap taat pada protokol kesehatan,” tutur Muqit.
Maraknya acara yang berpotensi mengundang kerumunan pasca pelonggaran New Normal, juga menjadi sorotan Muqit. “Sekarang ini banyak acara kerumunan seperti pengajian dan perkawinan. Kami sangat berharap agar protokol kesehatan benar-benar ditingkatkan,” ujar Muqit.
Pemkab juga menyebut, ada kecenderungan masyarakat memakai masker dengan cara yang salah. “Sering terjadi orang memakai masker, tetapi diturunkan hingga ke dagu atau mulut. Seharusnya menutup mulut dan hidung. Juga harus sering mencuci tangan, karena kita sering menyentuh barang yang banyak dipegang orang lain,” papar pria yang juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Silo, Jember ini.
Penggunaan masker, menurut Muqit bukan sekedar untuk melindungi diri sendiri. “Karena bisa jadi kita ini terpapar Covid tapi masuk kategori OTG (Orang Tanpa Gejala). Karena kita imunnya kuat, tidak ada gejala. Tetapi ada orang lain yang rentan seperti balita, lansia dan kelompok rentan lainnya seperti punya penyakit bawaan (kormobid) yang akut,” pungkas Muqit. (SGM)
0 Comments