Jember, kabarejember.com
- Program Sembako adalah program bantuan sosial pangan pengembangan dari program Bantuan Pangan NonTunai (BPNT), yang bertujuan meringankan beban ekonomi masyarakat miskin di masa pandemi covid-19.
Tetapi sayangnya program ini justru diduga dimanfaatkan oleh sebagian agen e-Warung dan TKSK untuk meraup keuntungan besar. Sembako yang diterima keluarga penerima manfaat (KPM) tidak sebanding dengan jumlah uang yang dibayarkan dengan menggunakan KKS.
Program sembako diberikan pemerintah kepada penerima manfaat untuk mengakses bahan pangan melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) terhitung mulai April 2020 sampai Desember 2020 dengan besaran Rp.200.000,- setiap bulan. Pada bulan Juni ini bantuan sembako yang diterima masyarakat melalui KKS sebesar Rp.600.000,- untuk bulan April-Juni 2020.
Menurut seorang penerima manfaat KKS warga desa Mojomulyo kecamatan Puger, yang tidak bersedia disebutkan namanya, dia mengambil sembako dari agen e-warung di rumah Asmadi (Mandik) di desa Mojomulyo. Sembako yang diperoleh berupa beras 40 kg, Telur 2 kg, kentang 1 kg, kacang hijau 0,5 kg, dan buah pir 1,5 kg. Kalau dihitung sesuai harga pasar semuanya berjumlah sekitar Rp.525.000,-, jadi tidak sampai Rp.600.000,- seperti yang diharapkan.
"Saya menerima saja, lha wong namanya dapat bantuan, tetapi sangat kecewa dengan tidak cocoknya jumlah sembako dibanding uangnya. Kalau seperti ini kan lebih baik menerima uangnya dan belanja sendiri pasti dapat barang lebih banyak daripada dari agen."katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh penerima manfaat dari desa Mlokorejo, S, sembako yang diterima dari agen berupa beras 40 kg, telur 2 kg, kentang 1 kg, kacang hijau 1/2 kg, buah pir 1,5 kg. "Kok jumlah sembakonya tidak sebanding dengan uang Rp.600.000,- , agen ambil untungnya kok banyak banget, terus ngurusnya ke mana?."ujarnya.
Pemilik e-warung di desa Mojomulyo, Mandik ketika dikonfirmasi kabarejember.com mengatakan bahwa dirinya menerima paket sembako KKS dari Sulton selaku TKSK Puger sudah dalam bentuk kemasan dalam tas plastik. "Saya hanya menyediakan tempat, paket bantuan sembako dari mas Sulton dan saya hanya membagikan saja. Mengenai berapa keuntungannya saya tidak tau."katanya.
Sementara menurut Eko, pemilik agen e-warung di desa Mlokorejo, semua bahan sembako diterima dari Sulton, TKSK Puger. Sebelum pembagian sembako, TKSK menentukan banyaknya sembako dan jenis sembako apa saja yang akan dibagikan. "Saya menerima sembako dari supplier (Sulton) TKSK Puger. Tentang selisih antara uang dan sembako silahkan tanyakan langsung ke pak Sulton."katanya.
TKSK Puger, Sulton ketika dikonfirmasi melalui selularnya membenarkan bahwa menjadi supplier di beberapa agen e-warung. Saat ini ada dua macam agen mandiri penyalur sembako KKS, yaitu agen mandiri perseorangan dan agen mandiri di bawah dinsos. "Supplier dan Agen e-warung sah-sah saja mengambil keuntungan dari modal yang dikeluarkan. Saya hitung keuntungannya hanya sedikit."katanya.
Menurut Heri, anggota LSM GENCAR, memang sah agen mengambil keuntungan tetapi jangan menaikkan harga (mark up) melebihi harga pasar pada umumnya dan menjual sembako berkualitas jelek. "Semestinya pemerintah dalam hal ini Dinsos membentuk tim pengawas atau apapun namanya untuk mengontrol harga dan kualitas bahan bantuan sembako di tingkat supplier maupun agen. Sehingga dapat meminimalisir aksi supplier maupun agen menggaruk keuntungan yang besar dari orang miskin penerima bantuan." (heri)
0 Comments