Jember, Kabarejember.com
----- Perkembangan teknologi dan industri kedokteran gigi saat ini semakin pesat. Sehingga banyak pilihan solusi terbaru yang dapat digunakan dalam proses penanganan atau pengobatan gigi yang sakit ataupun rusak dengan memanfaatkan alat ataupun metode terbaru. Misalnya, cara melakukan anestesi tanpa rasa sakit dan tanpa menggunaka jarum suntik.
Demikian yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember drg. Rahardyan Parnaadji, M.Kes., Sp. Pros., dalam acara pembukaan Forum Komunikasi Ilmiah Nasional (Forkinas) ke VII, di aula Hotel Aston Jember, (06/09).
Dalam kesempatan itu Rahardyan mengatakan, untuk menunjang perkembangan teknologi dan industri itu, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya para dokter gigi di Indonesia.
“Oleh karenanya dalam acara ini (Forkinas) kami mengundang para dokter gigi, praktisi dan peneliti dari 32 FKG yang ada di Indonesia. Pada kesempatan kali ini kami juga mengundang peneliti dari Jepang, Malaysia dan Singapura untuk memaparkan hasil penelitian mereka,” ujar Rahardiyan.
Rahardyan mengatakan, acara yang mengundang 400 lebih para praktisi dan peneliti ini dalam rangka mengulas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia kedokteran gigi untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia.
“Dalam seminar ini para praktisi, dosen (peneliti), dan mahasiswa berkomunikasi langsung mengenai persoalan-persoalan kesehatan gigi dan mulut saat ini. Praktisi tau betul mengenai perkembangan teknologi dalam dunia kedokteran gigi sehingga para peneliti dan mahasiswa FKG bisa melakukan upgrade infromasi perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan keilmuan mereka,” lanjut Rahardyan.
Menurut Rahardyan derajat kesehatan gigi regional maupun nasional saat ini masih perlu ditingkatkan. Karena menurutnya, kasus gigi berlubang masih menjadi persoalan besar yang perlu diselesaikan.
“95 persen masyarakat Indonesia sebenarnya sudah melakukan sikat gigi. Namun hanya 2.3 persennya saja yang melakukan sikat gigi dengan benar. Sehingga kasus gigi berlubang masih sangat tinggi. Oleh karena itu acara ini juga dalam rangka mendukung program Kementrian Kesehatan 2030 Indonesia bebas karies,” lanjut Rahardyan.
Dalam kesempatan itu Rahardyan menyayangkan industri kedokteran gigi di Indonesia yang tumbuh pesat tidak diimbangi dengan jumlah tenaga dokter gigi. Karena menurutnya saat ini perbandingan jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk adalah 1 banding 9000.
“Padahal idealnya itu 1 dokter gigi berbanding dengan 1000 penduduk. Belum lagi sebaran dokter gigi yang tidak merata ke daerah-daerah terpencil, masih banyak berkumpul di pulau jawa,” pungkas Rahardyan. (Mia/ulu/hms)
0 Comments