Perpustakaan Bisa Jadi Co-Working Space Di Era Disrupsi Teknologi


Jember, Kabarejember.com
----- Di era disrupsi teknologi, fungsi perpustakaan tidak akan malah meredup, justru makin
meluas asal dikelola dengan profesional. Ada banyak kesempatan dan cara yang bisa diambil
pengelola perpustakaan agar makin diminati masyarakat, salah satunya dengan memanfaatkan
kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Misalnya saja perpustakaan berubah
menjadi co-working space bagi anak-anak muda khususnya mahasiswa yang umumnya akrab
dengan dunia TIK.
Perpustakaan sebagai co-working space artinya perpustakaan tidak melulu hanya
memberikan layanan peminjaman buku. Perpustakaan dapat menjadi fasilitas yang
memberikan banyak layanan kepada anggotanya. Perpustakaan menjadi ruang belajar dan
bekerja sama utamanya bagi anak-anak muda yang ingin mengembangkan berbagai usaha
rintisan. Untuk itu perpustakaan wajib memberikan pelayanan yang mudah dan cepat dengan
memanfaatkan kecanggihan TIK.
Keyakinan ini disampaikan oleh Prof. Eko Indrajit, pakar TIK saat menjadi pemateri
dalam seminar bertema Revitalisasi Peran Perpustakaan di Era Disrupsi Teknologi yang digelar
oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Jember di Gedung Soerachman
(23/7). “Mengapa tidak perpustakaan menyediakan layanan Go Book, bekerjasama dengan
penyedia jasa transportasi berbasis online, sehingga jika ada mahasiswa butuh buku tinggal
pesan saja. Atau ada layanan Library On Demand, jadi ada pembahasan mengenai suatu hal
berdasarkan buku tertentu yang merujuk pada permintaan anggotanya, yang bisa juga
kemudian disiarkan secara langsung ke khalayak, artinya fungsi perpustakaan sebagai sumber
referensi ada dimana-mana dan bisa diakses oleh siapa pun juga,” jelas Prof. Eko Indrajit.
Pakar yang juga ketua tim ahli TIK Kementerian Pertahanan ini lantas menyarankan agar
perpustakaan melakukan reposisi fungsi dan perannya di masa disrupsi teknologi. Menurutnya
reposisi ini dijalankan dengan memperbaiki tata kelola perpustakaan serta saling berbagi
layanan dan sumber daya manusia dengan perpustakaan lain. Sehingga masyarakat luas makin
mudah mengakses layanan perpustakaan, tidak hanya bagi segmen tertentu sja misalnya hanya
untuk mahasiswa. “Salah satunya dengan memberikan keleluasaan dan kemandirian akses bagi
anggotanya, pengelola perpustakaan justru harus mau memahami keinginan dan kebutuhan
anggotanya yang umumnya adalah anak-anak muda yang akrab dengan dunia TIK,” imbuh Prof.
Eko Indrajit.
Namun Prof. Eko Indrajit mengingatkan para hadirin seminar yang umumnya pengelola
perpustakaan, bahwa ada fungsi perpustakaan yang tidak akan tergantikan oleh kecanggihan
TIK. “Bagi kalangan intelektual, belajar di perpustakaan itu ibaratnya beribadah di tempat
ibadah, jadi ada rasa yang tidak bisa tergantikan jika seseorang belajar di perpustakaan dengan
belajar di tempat lain. Perpustakaan juga merupakan lokasi diskursus sunyi bagi seseorang
untuk melakukan meditasi literasi. Dan jangan lupa perpustakaan itu jadi salah satu indikator
peradaban sebuah masyarakat, maka tidak heran jika di negara maju pun perpustakaan secara
fisik tetap ada,” imbuhnya lagi.
Seminar tahunan yang merupakan agenda rutin UPT Perpustakaan Universitas Jember
ini dibuka secara resmi oleh Zulfikar, Wakil Rektor I Universitas Jember. Dalam sambutannya
Zulfikar mengajak semua peserta seminar yang merupakan pengelola perpustakaan untuk
berubah menghadapi tantangan di era revolusi indsutri 4.0. agar peran perpustakaan sebagai
jantung perguruan tinggi tetap terjaga. “Perpustakaan kini dihadapkan pada tantangan makin

mudahnya mencari referensi, jika tidak berubah maka perpustakaan akan ditinggalkan,” kata
Zulfikar di hadapan 88 orang peserta seminar. Diantaranya berasal dari Universitas Ciputra
Surabaya, Universitas Petra Surabaya, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Arta Wacana
Kupang, dan peserta lainnya.
Selain menghadirkan Prof. Eko Indrajit, para peserta seminar juga mendapatkan ilmu
dari Taufiq A. Gani, Kepala UPT Perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sementara
itu menurut Kurnadi, ketua panitia kegiatan, selain menggelar seminar pihaknya juga
mengadakan lomba penulisan makalah dengan lima sub tema mengenai perpustakaan,
diantaranya Strategi Promosi Perpustakaan di Era Digital, Inovasi Layanan Perpustakaan dan
tema lainnya. “Ini seminar yang ketiga yang dimotori oleh UPT Perpsutakaan, tujuannya sebagai
wahana meningkatkan kemampuan pustakawan, membuka peluang kerjasama antar
perpustakaan, sekaligus berbagi pengalaman dalam mengelola perpustakaan,” pungkas
Kurnadi. (mia/iim/hms)

Post a Comment

0 Comments